Rhodotorula,
Pichia anomala, Kloeckera apiculata, dan Geotrichum
candidum kebanyakan adalah khamir yang tidak ganas (non-patogen). Kelompok ini sangat
banyak terdapat pada makanan fermentasi yang dikonsumsi sehari-hari. Produk
yang mempergunakan Brewer’s atau baker’s yeast antara lain :
Antibiotika, hormon kekebalan, dan penahan
rasa sakit yang dipakai manusia secara
berlebihan dan dalam
waktu lama. Hal ini dapat memicu terbentuknya kelompok yang tanpa disadari
telah mempunyai risk-factor. Akibatnya jenis khamir yang dapat
menginvasi tubuh manusia menjadi bertambah.
Rhodotorula
Klasifikasi ilmiah
|
|
Kingdom: Fungi
Filum: Basidiomycota Kelas: Urediniomycetes Order: Sporidiales family: Sporidiobolaceae Genus: Rhodotorula spesies: Rhodotorula. glutinis Rhodotorula minuta Rhodotorula mucilaginosa |
Gambar untuk Rhodotorula mucilaginosa (gambar di atas tidak ditampilkan oleh Blogger setelah dipublikasikan) :
Rhodotorula adalah khamir yang berpigmen, bagian dari
filum Basidiomycota, cukup mudah
diidentifikasi dari warna koloni jingga/merah yang khas bila ditanam pada SDA (Sabouraud's Dextrose Agar). Warna khas ini merupakan hasil dari pigmen yang dibuat oleh ragi untuk memblokir panjang gelombang tertentu dari
cahaya yang dapat
merusak sel. Warna koloni
bervariasi dari warna krem sampai berwarna jingga/merah/merah muda atau kuning. Rhodotorula dapat dibiakkan dari sampel tanah, air, dan udara. Rhodotorula dapat memperoleh senyawa nitrogen
dari lingkungannya dengan baik, dan dapat tumbuh di udara yang telah
bersih dari kontaminan. Ia juga dapat tumbuh pada manusia (misal : kulit, pernapasan, saluran pencernaan) dan dapat bersifat patogen dan menyebabkan penyakit.
Rhodotorula terdiri dari beberapa spesies yaitu Rhodotorula minuta, Rhodotorula mucilaginosa dan Rhodotorula
glutinis. Rhodotorula
mucilaginosa adalah nama untuk spesies yang sebelumnya dikenal sebagai Rhodotorula mucilaginosa yang paling sering terisolasi pada manusia.
Spesies Rhodotorula biasanya menghasilkan
sedikit pseudohifa yang belum sempurna dan tidak dapat memfermentasi gula tapi dapat
mengasimilasi berbagai karbohidrat.
Spesies Rhodotorula dapat menghasilkan
pigmen karotenoid, yang berkoloni secara halus dan penampilannya seperti karang berwarna merah.
Rhodotorula
mucilaginosa memiliki bentuk sel bulat sampai panjang dengan
ukuran sel lebar 2,5-6,5 μm dan panjang 6,5-14 μm. Rhodotorula merupakan khamir yang tidak membentuk balitospora atau
askospora sehingga dikelompokkan dalam famili Cryptococcaceae atau “asporogenus yeast”. Selnya berbentuk
oval, spherical, dan bulat memanjang,
kadang-kadang memperlihatkan bentuk pseudomiselium primitif dan berkembang biak
dengan pertunasan multipolar.
Rhodotorula dapat memperoleh senyawa nitrogen dari lingkungannya dengan
baik, bahkan di udara yang telah bersih dari kontaminan nitrogen masih tetap dapat tumbuh. Rhodotorula
sp. tumbuh cepat pada temperatur rendah.
Oleh karena itu dapat menyebabkan kerusakan pada produk-produk susu seperti yoghurt, mentega, krim, dan keju. Selain
itu, Rhodotorula sp. juga dapat
menyebabkan kerusakan pada ikan dan kerang, yang ditandai dengan adanya noda
berwarna merah muda. Spesies Rhodotorula
dapat hidup di lingkungan (misalnya, tanah, air) dan dapat tumbuh pada manusia (misalnya pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan). Dan terkadang dapat bersifat patogen dan menyebabkan
penyakit.
Dalam banyak
situasi klinis, Rhodotorula
spp. dianggap sebagai zat pencemar, tetapi
ketika diidentifikasi pada darah, infeksi
terbesar dapat terjadi pada daerah cairan serebrospinal.
Spesies ini dapat ditemukan dimana-mana, seperti di tanah, air, tanaman, dan sumber lingkungan
yang lain. Rhodotorula juga dapat terisolasi pada kulit, kuku,
konjungtiva, saluran pernapasan, gastrointestinal, dan saluran urinaria.
Penyakit manusia
sangat jarang dihubungkan dengan Rhodotorula
spp, tetapi pada kasus oportunistik seperti
endokarditis, septicaemia, meningitis, ventriculitas, dan peritonitis ditemukan
hubungan/relasi antar keduanya. Hal ini menjadi semakin penting dalam dunia
klinis untuk mengenali dan mempertimbangkan organisme oportunistik dalam
hubungan peningkatan jumlah pasien pada penyakit tersebut. Status immunocompromized, trauma operasi, dan menyuntikkan narkoba
menjadi faktor utama yang menyebabkan infeksi. Pada beberapa laporan keadaan
endogenous spesies Rhodotorula
mucilaginosa dapat
menginfeksi pasien yang immunocompromised
terkait dengan HIV(Human Immunodeficiency virus) positif
pada seorang lelaki yang ditandai dengan demam, berubahnya sensorium, dan
iritasi meningeal seperti kekakuan leher.. Infeksi yang
disebabkan oleh Rhodotorula dapat
mengancam jiwa karena menyebabkan septicemia, meningitis, infeksi sistemik,
sepsis yang berkaitan dengan komplikasi dari pendiaman tengah vana kateter. Jamur yang kurang lazim yang ditemukan
pada kulit dan saluran pencernaan orang yang sehat mungkin bertanggung jawab
atas infeksi yang parah, infeksi
yang difasilitasi oleh imunosuppression,
atau faktor yang memungkinkan organisme oportunistik untuk berproliferasi pada
perut, kulit, dan mukosa
masuk pada jaringan. Kateter insersi intravaskularm operasi/tindakan bedah dan immunosuppresion
merupakan faktor predisposisi.
Ada sebuah kasus yang muncul, yaitu tentang infeksi pasca-operasi yang merupakan fraktur nonunion tulang paha
pada pasien berusia 30 tahun karena Rhodotorula
mucilaginosa. Selain itu Rhodotorula mucilaginosa juga merupakan penyebab peritonitis fungal pada
pasien dengan dialisis ambulatori peritoneal berkelanjutan (CAPD). Hal ini
terjadi karena kolonisasi saprofitik pada kateter dan penampilan sumber kontaminan biasanya menghilangkan
gejala-gejalanya. Rhodotorula mucilaginosa juga dapat menyebabkan fungemia, endokarditis, dan meningitis pada pasien yang menjalani kemoterapi untuk
kanker .
Namun tidak selamanya Rhodotorula
mucilaginosa membawa kerugian pada manusia. Dengan penanganan tepat, justru
spesies ini dapat mendatangkan manfaat. Bersama dengan dua spesies Rhodotorula lainnya, mereka terkenal
sebagai mikroorganisme penghasil karotenoid seperti torulen, torularhodin, dan
β-karoten. Pertumbuhan dan produksi
pigmennya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sumber karbon, sumber
nitrogen, vitamin, dan mineral. Selain itu, sistem fermentasi yang digunakan
untuk menumbuhkan khamir dapat pula memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi pigmennya. Ada beberapa sistem fermentasi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi pigmennya, seperti batch, fed batch, dan kontinyu.
Penelitian tentang hal tersebut dilakukan dengan mengamati profil
pertumbuhan dan produksi pigmen karotenoid Rhodotorula
mucilaginosa yang ditumbuhkan pada sistem fermentasi batch dan fed batch
dengan glukosa sebagai sumber karbonnya. Perlakuan system fermentasi fed batch mengalami fase logaritmik yang
lebih panjang karena kebutuhan sumber karbon (glukosa) masih dapat terpenuhi.
Karbon dalam sel digunakan sebagai sumber energi dan penyusun rangka dari
substansi seluler untuk pertumbuhan sel. Sumber karbon yang terbatas atau habis
akan menurunkan pertumbuhan, bahkan dapat mematikan sel.
Karbon sangat diperlukan dalam pembentukan pigmen karena disamping sebagai
senyawa penghasil energi (ATP, NADPH, dan FADH) juga merupakan komponen penyusun rangka utama pigmen
karotenoid. Secara umum produksi pigmen karotenoid pada perlakuan fed batch lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan batch.
Glukosa sangat penting peranannya dalam pembentukan karotenoid pada Rhodotorula mucilaginosa. Glukosa
sebagai sumber karbon akan diserap oleh sel dan mengalami serangkaian reaksi
metabolisme. Glukosa akan dikatabolisme menjadi asetil Ko-A melalui reaksi
glikolisis. Asetil Ko-A akan membentuk asam mevalonat. Mevalonat tadi akan
dikonversi membentuk fitoen. Fitoen berturut-turut mengalami perubahan menjadi
fitofluen, neurosporen, β-zeakaroten, ѵ-karoten dan akhirnya membentuk
β-karoten. Pigmen β-karoten ini merupakan pigmen utama yang menyusun karotenoid
dari Rhodotorula. Karotenoid lain yang terdapat pada Rhodotorula adalah torulen dan
torularhodin yang merupakan kelompok asam karotenat turunan dari β-karoten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar