Rhodotorula glutinis merupakan salah satu bagian dari filum Basidiomycota, yang termasuk dalam genus khamir liar (wild yeast). Khamir yang termasuk Rhodotorula memiliki beberapa warna, yaitu merah, merah muda, atau kuning, yang sering menyebabkan perubahan warna pada makanan. Rhodotorula glutinis yang memiliki warna merah dikenal sebagai produsen pigmen karoten.
Rhodotorula glutinis memiliki sisi positif dan negatif untuk industri pangan. Sisi positif dari Rhodotorula glutinis adalah pada kemampuan Rhodotorula glutinis dalam menghambat pertumbuhan dan produksi potulin dari Penicillium expansum yang membuatnya
dapat menjadi agen biokontrol yang potensial untuk mengurangi kerusakan
apel atau pir saat pasca panen. Selain itu, penggunaan Rhodotorula glutinis dapat meningkatkan keamanan dari produk buah-buahan, seperti jus. Rhodotorula glutinis juga dapat dikembangbiakkkan dalam agar.
Disisi lain, Rhodotorula juga memiliki sisi negatif. Rhodotorula glutinis dapat menjadi kontaminan produk pangan, seperti keju, buah, jus buah, dan olahan daging. Rhodotorula glutinis juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih lambat dibanding Rhodotorula mucilaginosa. Pertumbuhan Rhodotorula glutinis dapat dipengaruhi dengan modifikasi suhu dan konsentrasi NaCl. Beberapa spesies Rhodotorula sering tumbuh dan menimbulkan bintik – bintik merah atau merah muda pada daging dan sauerkraut.
Pengendalian Penicillium expansum oleh Rhodotorula glutinis
Penicillium expansum merupakan jamur patogen pasca panen pada buah – buahan, seperti apel dan pir. Sel khamir, Rhodotorula glutinis,
dapat menghambat perkecambahan spora dan perpanjangan tuba germinasi
serta pertumbuhan miselium jamur ini. Terhambatnya perkecambahan
tersebut dapat terjadi karena persaingan dalam penggunaan nutrisi antara
sel khamir dengan spora jamur.
Infeksi jamur P. expansum pada
buah apel dapat menyebabkan pembusukan yang nampak halus, sedikit
mengkerut pada tahap lanjut, lunak, basah dan berwarna coklat pucat.
Luka menyebar pada permukaan maupun pada jaringan sel di bawahnya menuju
pada bagian tengah buah. Rhodotorula glutinis pada konsentrasi (107 dan 108 sel ml-1) dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur P. expansum pada luka buah apel pada suhu 20°C. Pemberian Rhodotorula glutinis
pada luka buah apel pada 2 jam sebelum inokulasi spora jamur, mampu
menghambat persentase infeksi dan menghambat kecepatan penyebaran luka
pada jaringan buah yang telah diinkubasikan selama 7 hari pada suhu
20°C.
Rhodotorula glutinis pada konsentrasi 108 cfu.ml- mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan infeksi oleh jamur patogen pasca panen yaitu P. expansum di
luka buah apel sampai sekitar 60%. Hal ini diduga karena adanya
keterlibatan kompetisi nutrisi serta air dalam penghambatan infeksi
jamur P. expansum oleh sel khamir di bagian luka buah apel.
Rhodotorula glutinis pada Bioteknologi
Rhodotorula glutinis merupakan khamir yang dapat memproduksi enzyme α-L arabinofuranosidase ke dalam media kultur dan
secara alami hadir dalam proses fermentasi serta merupakan bioteknologi
potensial yang menarik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi
kultur organisme antara lain penggunaan pepton sebagai sumber Nitrogen,
komposisi garam, pH, temperatur. Sumber karbon industri seperti molasses beet (sirup tebu) dan Cosette beet telah digunakan dalam produksi khamir ini.
Penggunaan pepton tidak diperlukan jika media kultur mempunyai
persediaan nitrogen yang cukup dan mudah diasimilasi untuk pertumbuhan Rhodotorula glutinis.
Penggunaan komposisi garam yang berbeda di media kultur mempengaruhi
pertumbuhan khamir. Komposisi garam yang dapat digunakan: (0,3% (b / v)
(NH4) 2 SO 4; 0,1% (b / v) KH2PO4 dan 0,05% (b / v) MgSO4 x 7H2O). Kenaikan konsentrasi KH2PO4 dan MgSO4 x 7H2O bisa memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan ragi.
Kondisi pertumbuhan terbaik untuk produksi α-arabinofuranosidase oleh R. glutinis adalah pH 5,2 dan 28 ºC.
Rhodotorula glutinis pada Pembuatan Jus
Penelitian
tentang aroma buah-buahan telah menunjukkan sumber penting dari senyawa
volatil yang dapat memperkaya profil aromatik dari jus dan minuman
fermentasi. Komposisi kimia dari potensi aroma yang dibentuk oleh
senyawa volatil seperti monoterpen, berasal dari shikimate atau C13
nonsoprenoids, yang terkait dengan β-D-glukosida atau diglicosides.
Senyawa ini terkait dengan gula yang dibebaskan dalam dua langkah:
awalnya, sebuah α-arabinofuranosidase (ABF), kemudian sebuah
α-rhamnosidase atau β-apiosidase, diikuti oleh aksi dari β
glukosidase-D. Banyak dari senyawa aromatik secara alami dibebaskan
selama pematangan buah. Namun, kegiatan enzim tanaman tidak dapat
sepenuhnya membebaskan senyawa aromatik pada buah yang merupakan sumber
penting dari aroma jus. Contoh jus disini adalah jus anggur, karena
karakteristik fisikokimianya sulit untuk mempertahankan aktivitas enzim
yang stabil selama proses elaborasi (pengembangan). Rhodotorula glutinis
dapat dipertimbangkan dalam pembuatan jus anggur karena dapat
mengeluarkan enzim yang berpartisipasi dalam langkah pertama dari reaksi
pelepasan senyawa aromatik untuk menghasilkan aroma jus.
Rhodotorula glutinis pada Limbah Industri Berlemak
Khamir Rhodotorula glutinis dapat digunakan dalam produksi β- karoten. Rhodotorula glutinis
juga dapat menghasilkan triasilgliserol. Khamir berlemak mudah
ditumbuhkan pada berbagai limbah pertanian dan limbah industri berlemak
seperti pada industri pangan. Khamir ini juga dapat ditumbuhkan pada air
limbah monosodium glutamat atau gliserol dari limbah biodiesel.
Pertumbuhan dan Pigmentasi Rhodotorula glutinis
Rhodotorula
merupakan genus utama dalam memproduksi pigmen karotenoid, yaitu
karoten, torulen, dan torularhodin. Namun jenis, konsentrasi, dan hasil
dari berbagai karotenoid tergantung pada spesies mikroorganisme dan
kondisi perkembangbiakannya. Rhodotorula
merupakan sumber yang kaya akan lemak dan vitamin karena adanya pigmen
karotenoid. Oleh karena itu, Rhodotorula glutinis dapat dimasukkan ke
dalam makanan untuk meningkatkan nilai gizi dan mencegah jamur tumbuh
pada makanan.
Pertumbuhan dan pigmentasi dari Rhodotorula glutinis dipengaruhi oleh perbedaan pencampuran sumber karbon.
Pada monosakarida, pertumbuhan karotenoid terlihat lebih tinggi pada
pencampuran fruktosa, kemudian diikuti oleh glukosa dan galaktosa.
Namun, galaktosa dapat memperkuat pertumbuhan sel lebih maksimal
dibandingkan glukosa dan fruktosa. Pada disakarida, pertumbuhan dan
pigmentasi maksimal ditemukan pada sukrosa. Sedangkan laktosa tidak
mendukung pertumbuhan dari khamir ini. Pencampuran laktosa pada khamir
jarang ditemukan pada kondisi alami. Namun, karotenogenesis dari Rhodotorula glutinis pada ultrafiltrat whey dapat dicapai dengan mengkombinasikannya dengan Lactobacillus helveticus.
L-arabinose merupakan substrat yang kurang baik untuk pertumbuhan dan
produksi pigmen. D-xylose mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi,
namun hanya untuk karotenoid moderate, dimana D-ribose menghasilkan pertumbuhan dan pigmentasi yang lebih tinggi.
Selain
sumber karbon, produksi karotenoid juga dipengaruhi oleh sumber
nitrogen. Sumber nitrogen yang paling baik untuk memproduksi karotenoid
pada Rhodotorula glutinis adalah sodium nitrat, kemudian diikuti oleh asam kasein hidrosilat, urea, dan ekstrak khamir. Rhodotorula glutinis dapat
berkembang pada konsentrasi dekstrose yang berbeda – beda. Jumlah
sodium nitrat yang tepat sebagai sumber nitrogen menunjang terjadinya
pigmentasi yang tinggi, yaitu pada konsentrasi dekstrose 30 g/L.
Berbagai
periode inkubasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
karotenoid. Hal ini menunjukkan bahwa pigmentasi dari Rhodotorula glutinis tidak
berkaitan dengan pertumbuhannya karena kandungan karotenoid pada saat
sel mencapai tingkat maksimalnya membuat pertumbuhan sel berhenti (fase
stasioner). Sebaliknya, pada penelitian lain menunjukkan bahwa produksi
pigmen pada khamir berpengaruh pada pertumbuhannya. Pemeliharaan sel
saat kondisi stasioner setelah masa inkubasi tidak menunjukkan
peningkatkan kandungan karotenoid. Periode 12 hari merupakan waktu
optimum untuk inkubasi dibandingkan dengan periode 10 hari.
Rhodotorula glutinis mampu
tumbuh dan memproduksi pigmen pada semua temperatur uji yang pernah
dilakukan, kecuali pada temperatur 42 ºC (pertumbuhan tanpa adanya
pigmentasi diabaikan). Peningkatan berat sel secara maksimal diikuti
dengan sedikitnya pigmentasi, yang terjadi pada temperatur 29-32 ºC.
Pada umumnya genus Rhodotorula dapat
berkembang pada rentang temperatur yang luas, yaitu dari 5 sampai 26
ºC. Pengaruh temperatur pada karotenogenesis khamir tergantung pada
karakteristik khusus spesies dan kekuatan pada mikroorganisme.
Penyinaran bukan merupakan faktor yang dibatasi untuk pertumbuhan dan pigmentasi dari Rhodotorula glutinis. Sebaliknya, penyinaran dapat menstimulasi terjadinya karotenogenesis.
Tannase yang diproduksi dari Rhodotorula glutinis
Rhodotorula glutinis berperan
penting dalam pembuatan dan pertumbuhan konsentrasi asam tanic pada
tannase. Meningkatnya konsentrasi asam tanic bepengaruh pada peningkatan
produksi tannase. Tannase (tannin acyl hydrolase EC 3.1.120) merupakan
enzim yang penting yang digunakan dalam berbagai macam industri, seperti
industri makanan, farmasi, kosmetik, dan beverage.
Tannase
merupakan enzim hidrolase ekstraseluller yang menginduksi keberadaan
asam tanic dan produk akhirnya berupa asam gallic. Asam gallic adalah
senyawa intermediat penting yang disintesis oleh anti bakteri obat,
trimitroprim, yang digunakan dalam industri farmasi. Asam gallic juga
merupakan substrat sintesis kimia dari propyl gallate, dan antioksidan
yang manjur digunakan dalam industri makanan.
Tannase juga berperan sebagai agen clarifying pada beberapa wine, bir, jus atau buah, dan minuman penyegar dengan perasa kopi.
Tannase
dapat berasal dari tumbuhan, hewan, dan jalur mikrobial. Sumber
terpenting berasal dari enzim hasil jalur mikrobial karena produk enzim
lebih stabil.
Dalam pembuatan tanin, Rhodotorula glutinis diisolasi selama satu tahun dari hasil pemecahan hasil hydrolisable tanin,
dan dijaga tetap pada suhu 30 ºC. Komposisi medium yang digunakan
terdiri dari 1,5 % asam tanic sebagai substrat, 0,3 % laktosa sebagai
gula tambahan, 0,8 % urea sebagai sumber nitrogen, yang dibiakkan selama
tiga hari. Beberapa faktor seperti karbon dan nitrogen berperan penting
dalam peningkatan pertumbuhan secara baik dalam metabolisme kedua dari
mikroorganisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar