Kluyveromyces lactis biasanya ditumbuhkan dalam medium
ragi standar pada suhu optimal 28°C. Untuk siklus hidup pada dasarnya mirip
dengan S. cerevisiae. K. lactis adalah ragi Saccharomyces bioteknologi &
non-ilmiah yang penting meskipun itu adalah ragi tunas ascomycetous yang erat
kaitannya dengan S. Cerevisiae. K. lactis telah menjadi alternatif yang
menarik karena mempunyai sifat metabolisme dan fisiologis yang berbeda. K. lactis merupakan khamir yang mampu
memfermentasi laktosa menjadi asam laktat dan merupakan mikroorganisme yang
tidak patogen. Penggunaan enzim lactase (β-galactosidase) dari K.lactis pada susu pasteurisasi
meningkatkan kecepatan reaksi hidrolisis laktosa sehingga meningkatkan kadar
gula total susu pasteurisasi. K.lactis
adalah salah satu organisme utama yang tumbuh di industri dalam fermentor untuk
menghasilkan chymosin (rennet) dalam skala besar. Di skala komersial, rennet (chymosin)
menggantikan bentuk konvensional yang diperoleh dari hewan yang disembelih,
sekarang banyak digunakan dalam produksi keju.
C. Manfaat Kluyveromyces
lactis
1. Menghasilkan chymosin
Chymosin, adalah enzim koagulasi
susu yang ada di dalam rennet. Rennet,yang biasanya digunakan dalam pembuatan
susu dan produk susu lain, diambil dari lambung keempat anak sapi. Sebagai
enzim proteolitik, chymosin menghidrolisis ikatan spesifik pada kappa-casein
susu, pemutusan ikatan menjadi dua peptida, para-kappa-casein dan makropeptida.
Pada susu, kappa-casein bertindak sebagai stabilizer. Setelah aktivitasini
dirusak oleh chymosin, koagulasi susu muncul. Dalam perkembangannya teknologi
rekombinasi DNA bisa memperoleh chymosin dari strain bakteri, khamir atau jamur
yang non-toksik dan non patogenik yang ditransformasikan dengan vektor
plasmid yang mengandung kode sekuen DNA sebagai perkursor chymosin.
Berikut
ketiga rekombinan chymosin yang telah diidentifikasi:
(1) chymosin
A dari Escherichia
coli K-12
(2) chymosin
B dari Kluyveromyces
lactis
(3) chymosin
B dari Aspergillus niger var. Awamori
Keju merupakan produk susu yang paling banyak dikonsumsi.
Secara umum pembuatan keju diawali dari pasteurisasi susu, kemudian pemberian
penggumpal, biasanya berupa enzim yang berasal dari rennet atau mikroba yang
dapat mengasamkan susu. Setelah beberapa jam akan terpisah menjadi gumpalan
besar dan bagian yang cair. Gumpalan ini kemudian dipotong-potong, dipanaskan,
dan dipress agar cairan yang terkandung di dalamnya banyak yang keluar.
Gumpalan dibentuk dan dicelupkan (atau direndam) air garam atau ditaburi garam,
untuk membunuh bakteri yang merugikan, dan diberi jamur. Dan terakhir calon
keju ini dimasakkan pada kondisi tertentu. Kondisi serta lamanya pemasakkan
tergantung dari jenis keju yang dibuat. Proses penggumpalan susu pada awalnya
menggunakan rennet sapi, bovine (dari keluarga sapi), serta babi. Namun karena
pertimbangan kehalalan produk serta segi ekonomisnya, sehingga mulai
dikembangkan pengganti rennet dengan memanfaatkan peranan dari mikroba yang
dapat mengasamkan susu. Mikroorganisme ini antara lain bakteri, yeast, dan
mold. Spesies yeast yang umumnya digunakan dalam pembuatan keju yaitu Yarrowia lipolytica, Geotrichum
candidum, dan Kluyveromyces lactis.
2.
Menghasilkan enzim laktase
Laktase (juga dikenal sebagai
hidrolase laktase-phlorizin, atau LPH), bagian dari keluarga β-galaktosidase
enzim, adalah hidrolase glikosida terlibat dalam hidrolisis dari laktosa
disakarida menjadi galaktosa konstituen dan monomer glukosa. Enzim laktase
adalah Enzim mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Kedua zat yang
dihasilkan tersebut, struktur kimianya lebih simpel dan lebih mudah diterima
sebagai nutrisi tubuh manusia. Laktase sangat penting bagi tubuh untuk memecah
laktosa. Intoleransi laktosa, atau ketidakmampuan untuk mencerna makanan yang
mengandung laktosa, merupakan akibat langsung dari defisiensi laktase. Laktosa
tidak dapat diserap oleh tubuh kecuali diurai oleh laktase menjadi glukosa dan
galaktosa. Laktase diproduksi secara komersial dan dapat diekstraksi baik dari ragi
seperti Kluyveromyces fragilis dan Kluyveromyces lactis dan dari jamur, seperti Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae.
3. Starter
Pada Bahan Makanan dan Minuman Fermentasi
Yeast
sejak zaman dahulu sudah dipergunakan hampir di seluruh dunia sebagai starter
pada bahan makanan dan minuman fermentasi. Salah satu contohnya dalam pembuatan
roti K.lactis Ch17
(ragi yang memfermentasikan laktosa dari
sumber whey) bila digunakan dalam
proporsi sama dengan
ragi roti komersial (S.cerevisiae) dapat
meningkatkan volume adonan hingga 50%. Jenis-jenis yang dapat dipakai
sebagai starter masih belum sebanyak pemakaian pada bakteri misalnya: Saccharomyces cerevisiae, S. rouxii, Kluyveromyces
lactis, Kluy. Marxianus Zygosaccaromyces soyae, Z. major dan Rhodotorula spp.
Yeast yang berbeda akan memberikan proses yang berbeda. Pertumbuhan yeast pada
media bahan pangan tersebut sangat tergantung pada sifat fisiologisnya yaitu
pada umumnya yeast tumbuh pada kondisi dengan persediaan cukup air artinya
tidak yang berlebihan. Ada pula kefir yang difermentasi dengan menggunakan kultur
campuran bakteri dan khamir. Beberapa spesies bakteri yang diidentifikasi
terdapat dalam kefir adalah Lactobacillus spp, Lactococcus spp.,
Streptococcus thermophilus, Acetobacter aceti, Enterococcus durans, dan
Leuconostoc spp. Beberapa spesies khamir yang digunakan meliputi Candida
spp., Saccharomyces spp., dan Kluyveromyces spp. Kultur
mikroorganisme yang beranekaragam ini membuat kefir mengandung probiotik yang
lebih kompleks sehingga menghasilkan nutrisi yang lebih kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar