Debaryomyces
hansenii
Debaryomyces adalah genus dari Saccharomycetaceae. Sel
debaryomyces berbentuk bulat atau
oval dinding bergerigi, dan sering tumbuh dan membentuk partikel pada larutan
garam dalam kering daging. Biasanya terdapat di
tanah, air, tumbuhan, makanan dan spesimen yang berasal dari klinik.
Klasifikasi Debaryomyces
|
|
Kingdom
|
Fungi
|
Filum
|
Ascomycota
|
Subfilum
|
|
Klas
|
|
Ordo
|
|
Famili
|
|
Genus
|
Debaryomyces
|
Table 1.1 klasifikasi Debaryomyces
Debaryomyces
hansenii adalah jenis spesies yang paling
signifikan dan sering terdapat dalam produk susu dan juga pada produk hewan yang lain seperti sosis, ham,
frankfurters, bacon dan produk lainnya. Keberadaan khamir ini pada
produk makanan (daging dan susu) sangat spesial karena Debaryomyces hansenii termasuk
kelompok khamir yang nonfermentative, sehingga metabolisme pada
gula-gula hingga pyruvate melalui EMP
(Embden-Meyerhof- Parnas) pathway dan oksidasi pada pyruvate melalui
siklus tricaboxylic acid (TCA cycle). Asam organik seperti sitrat,
laktat dan suksinat diasimilasi melalui siklus TCA, dan juga bekerja pada
siklus pentose phosphate pathway. Khamir ini pada umumnya berasal
dari kontaminasi alam pada produk fermentasi dan merupakan kontaminan yang
paling sering pada industri susu.
Salah satu sifat dari Debaryomyces hansenii adalah cryotolerant (tahan dibekukan),
termasuk marine yeast, dan bisa tolerant tingkat salinitas sampai 24%. Debaryomyces hansenii menunjukkan
performa yang baik pada konsentrasi garam yang cukup tinggi. Misalkan
dibandingkan dengan jenis khamir yang lain, yaitu S. cerevisiae, pertumbuhannya
akan terhambat pada konsentrasi 1,5 M NaCl. Namun Debaryomyces hansenii masih dapat tumbuh pada
konsentrasi 2,5 M NaCl. Kedua khamir ini sama-sama dapat tumbuh pada
konsentrasi 50 µM KCl. Namun pertumbuhan S. cerevisiae terhambat oleh
konsentrasi 0,6 M NaCl, sedangkan pertumbuhan Debaryomyces hansenii distimulasi
oleh konsentrasi NaCl sampai 1 M. Pada penelitian lainnya ditemukan bahwa
meningkatnya konsentrasi kation alkali yang berbeda akan mempengaruhi
pertumbuhan S. cerevisiae dan Debaryomyces hansenii. Pertumbuhan S. cerevisiae dihambat oleh Li+
atau Na+, sedangkan Debaryomyces hansenii dihambat
oleh Li+ tetapi tidak oleh Na+, malah konsentrasi NaCl
yang relatif tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan Debaryomyces hansenii. Begitu pula pengukuran
level ATP menunjukkan bahwa level metabolit Debaryomyces hansenii lebih
tinggi pada sel yang tumbuh pada konsentrasi 1 M NaCl daripada sel yang tumbuh
pada konsentrasi 1 M KCl.
Bukti lain bahwa Debaryomyces hansenii bersifat
tahan garam yaitu kapasitasnya untuk mengakumulasi konsentrasi garam yang
tinggi tanpa membuat dirinya sendiri keracunan. Karena alasan itulah khamir ini
disebut sebagai Na+ includer organism. Peneliti lainnya juga
setuju bahwa dalam konsentrasi garam yang tinggi Debaryomyces hansenii dapat
hidup dengan baik dan mengakumulasi Na+ lebih banyak daripada S. cerevisiae.
Begitu pula ketika konsentrasi kation tersebut dibandingkan dengan air laut
yang mengandung tinggi Na+ dan rendah K+, Debaryomyces hansenii akan
tumbuh optimum, sementara pertumbuhan S. cerevisiae akan terhambat. Hal
ini dikarenakan Na+ yang melindungi sel Debaryomyces hansenii dari
faktor tekanan tambahan. Perbandingan pengaruh faktor tekanan menunjukkan
perbedaan antara pertumbuhan S. cerevisiae (strain DBY746) dan Debaryomyces hansenii (PYCC2968).
S. cerevisiae tumbuh lebih baik pada pH asam atau pada suhu tinggi, sedangkan Debaryomyces hansenii memiliki performa yang
baik pada pH tinggi dan terdapat konsentrasi garam yang tinggi.
Dalam
kondisi beberapa stres, sifat suka garam D. hansenii lebih jelas. Fitur ini
terutama terlihat ketika S. cerevisiae dan D. hansenii tumbuh
dekat dengan suhu maksimum pertumbuhan 340C, NaCl merangsang pertumbuhan D. hansenii dan dihambat oleh S. cerevisiae. D. hansenii tidak mampu tumbuh pada suhu 340C tanpa garam, ia tumbuh dengan
menggandakan waktu 7 jam dengan 1 M NaCl.
Pada khamir ini ditemukan juga bentuk yang tidak sempurna
disebut Candida famata dan
beberapa spesies yang kadang-kadang ditemukan pada makanan seperti misalnya: D. polymorphus, D. maramus dan D. carsonii. Menurut beberapa
laporan Debaryomyces hansenii banyak
berkaitan dengan kerusakan yogurt, tetapi juga dilaporkan besarnya kontribusi
pada produksi keju yang diperam dengan jamur seperti: Camembert, Blue-veined
dan bermacam-macam Brie.
Dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketahanan
hidup dan toleransi dari Debaryomyces
hansenii pada produk-produk makanan yang mengandung asam organik dan
garam konsentrasi tinggi. Debaryomyces
hansenii menunjukkan jumlah populasi tetap tinggi yaitu ³ 104-105
cfu/ml pada media yang hipertonis seperti larutan glukosa, asam sitrat dan
laktat masing-masing kosentrasi 2% ditambah garam dari 0 dan 15%. Hal ini disebabkan
oleh adanya produksi poliol dari intra maupun ekstraseluler (gliserol,
eritritol dan arabitol) yang gunanya sebagai penyeimbang (osmoregulator) bagi
sel yeast yang mengalami stres tersebut. Sel ini beradaptasi dalam
larutan yang hipertonis hingga waktu adaptasinya mencapai ³ 48 jam pada larutan
tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa poliol yang dihasilkan oleh
sel tersebut adalah merupakan faktor kunci yang disebut sebagai osmoregulator
yang dapat berakibat Debaryomyces
hansenii tetap dapat bertahan pada lingkungan yang hipertonis.
Beberapa kelompok Debaryomyces hansenii atau Candida famata dapat memfermentasi glukosa dan
heksosa yang lain. Pada kedua khamir tersebut yang paling menonjol dari
jenis khamir lain adalah kemampuannya untuk tumbuh pada konsentrasi
garam (NaCl) yang sangat tinggi. Debaryomyces
hansenii dapat dikatakan sering terdapat dalam jumlah yang tinggi
(106-108 cfu/g) pada bahan makanan asal hewan seperti sosis, keju dan produk
fermentasi susu yang lain dimana mengandung konsentrasi garam yang tinggi.
Pada keadaan larutan yang hipertonis sel
dari Debaryomyces hansenii mampu
bertahan dan berkembang biak hingga populasi sel maksimum (1.8x105sel/ml)
dalam larutan glukosa. Sedangkan pertumbuhan khamir akan menurun seiring
dengan penambahan NaCl, penambahan NaCl hingga 15%, yang dapat berakibat
kematian pada jenis khamir lain. Sehingga untuk mempertahankan hidup D.hansenii pada suasana aerobik khamir
akan mengunakan asam atau glukosa
sebagai karbon substrat untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu pada
produk makanan fermentasi seperti keju, yogurt, sosis yang mengandung asam,
gula atau garam dalam konsentrasi tinggi banyak terdapat khamir D. hansenii.
Debaryomyces
(Torulaspora) hansenii adalah ragi
alkana-asimilasi. Yang juga merupakan ragi
pembusukan dapat tumbuh di berbagai relung ekologi dari air laut untuk produk
susu, dan yang paling sering dikaitkan dengan makanan dingin dan meskipun biasanya
dianggap sebagai non-patogen, cryotolerant laut, yang dapat mentolerir tingkat
salinitas hingga 24%, sedangkan pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
dihambat ketika salinitas mencapai 10%. Ragi pembusukan memiliki aktivitas
katalase basal yang beberapa kali lipat lebih tinggi daripada yang diamati di Saccharomyces
cerevisiae dalam kondisi budaya yang sama. D. hansenii juga
menyediakan aktivitas proteolitik dan lipolitik selama pematangan keju.
Sedangkan salah satu contoh
pengaruh Debaryomyces hancenii pada
manusia dapat dilihat melalui identifikasi mekanisme
penghambatan C.gloeosporioides patogen penyebab penyakit antraknosa oleh
khamir Debaryomyces sp. dalam rangka meningkatkan efektifitas Debaryomyces
sp. menekan perkembangan penyakit
antraknosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran khamir Debaryomyces
sp. efektif menghambat
perkembangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur C. gloeosporioides.
Dengan metode induksi, metabolit sekunder khamir Debaryomyces sp.
yang bersifat antimikrobia tidak terekspresi yang ditunjukkan dengan
tidak adanya zona hambatan terhadap pertumbuhan miselium C.
gloeosporioides. Interaksi khamir Debaryomyces sp. dengan C. gloeosporioides. menyebabkan kerusakan hifa
dan konidia patogen C. gloeosporioides. Penghambatan patogen Colletotrichum
gloeosporioides. Oleh khamir Debaryomyces sp. terjadi melalui mekanisme kompetisi
dan parasitisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar